Selasa, 14 Desember 2010

Angka Partisipasi Masih Rendah

Palembang, Angka partisipasi kasar perguruan tinggi di wilayah Sumatera bagian selatan tergolong rendah, yaitu 6,7 persen. Artinya, jumlah anak usia 19-23 tahun yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi hanya 6,7 persen. APK perguruan tinggi di Sumatera bagian selatan itu jauh di bawah APK nasional, yaitu 22 persen.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, Sabtu (4/12), seusai menghadiri wisuda ketiga Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) di Palembang menjelaskan, rendahnya angka partisipasi kasar (APK) disebabkan oleh rendahnya aksesibilitas yang dipengaruhi ketersediaan perguruan tinggi.
Faktor keterjangkauan juga memengaruhi rendahnya APK perguruan tinggi. Rendahnya keterjangkauan berarti perguruan tinggi yang ada di Sumatera bagian selatan sulit dijangkau.
Menurut Mohammad Nuh, keberadaan universitas swasta, seperti UIGM, penting untuk meningkatkan ketersediaan perguruan tinggi dan meningkatkan keterjangkauan perguruan tinggi.
Untuk itu, dia menegaskan, kualitas perguruan tinggi juga harus ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas dosen. ”Kualitas pendidikan tergantung dari kualitas guru dan dosen. Dosen di perguruan tinggi negeri maupun swasta harus meningkatkan kualifikasi pendidikannya menjadi S-2 dan S-3,” ujarnya.
Tingkatkan jumlah doktor
Ia menjelaskan, pemerintah menargetkan setiap tahun ada 6.000-7.000 dosen baru yang berpendidikan S-3 atau doktor. Karena, sekarang jumlah dosen yang berpendidikan doktor baru 23.000 orang, atau tidak sampai 10 persen dari jumlah dosen.
”Kita akan dorong supaya jumlah dosen berpendidikan doktor meningkat 20 persen dalam 4-5 tahun ke depan. Pemerintah juga menawarkan beasiswa untuk program itu,” paparnya.
Mohammad Nuh mengungkapkan, sistem manajemen perguruan tinggi, dukungan fasilitas, serta suasana akademik di kampus perlu terus dijaga. ”Kalau kampusnya kotor, dosennya jarang ngajar, maka mahasiswanya telantar. Kalau begitu, suasana akademiknya tidak akan terwujud,” katanya.
Kepada para wisudawan, Mohammad Nuh berpesan agar mereka memiliki pola pikir saling menghargai dan pola pikir etis.
Dengan pola pikir saling menghargai, wisudawan dapat menghargai perbedaan-perbedaan di yang ada di tengah masyarakat sehingga tidak terjadi konflik. Adapun dengan pola pikir etis, wisudawan akan selalu memiliki pola pikir yang berbasis pada etika.
”Tujuan pola pikir itu untuk mentransformasikan masyarakat Indonesia. Sekarang ada masyarakat Indonesia yang merasa tahu segalanya, tetapi sebenarnya tidak tahu apa-apa. Ada juga masyarakat yang acuh tak acuh atau masyarakat yang menyadari bahwa dirinya tidak tahu. Masyarakat harus ditransformasikan menjadi masyarakat yang tahu bahwa dirinya tahu,” ujar Mohammad Nuh.
Tawaran beasiswa
Gubernur Sumsel Alex Noerdin menyatakan, Pemprov Sumsel tahun 2011 mengadakan program beasiswa S-3 untuk 50 dosen perguruan tinggi negeri dan swasta.
”Syaratnya harus mengambil program S-3 di perguruan tinggi terbaik di dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya di Nanyang University, Haarvard, atau Stamford, tetapi syaratnya berat, antara lain memiliki skor TOEFL (test of english as a foreign languange) 550,” kata Alex.
Menurut Alex, tahun 2010 sebenarnya sudah diadakan program beasiswa S-3 untuk para dosen, tetapi jumlahnya baru 28 orang karena mahalnya biaya pendidikan S-3. Oleh sebab itu, mulai tahun 2011 Pemprov Sumsel meningkatkan jumlah penerima beasiswa S-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar